I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah sampah perkotaan merupakan masalah yang selalu hangat dibicarakan baik di
Meningkatnya pembangunan
Dari hasil evaluasi kebersihan
B. Pengertian Sampah
i. Sampah Sebagai Limbah
Sampah sebagai sumber pencemar lingkungan apabila tidak dikelola dengan baik akan mengakibatkan pengotoran lingkungan, pencemaran air, tanah, tempat berkembangnya bibit penyakit, penyumbat saluran air yang menyebabkan banjir. Selain itu sering pula timbunan sampah merusak keindahan
Pengertian sampah diatas, sampah dapat diartikan sebagai limbah pada sisa aktivitas manusia/masyarakat, tidak terpakai, dapat bersifat organik maupun anorganik; karena membahayakan kesehatan lingkungan harus dibuang/ disingkirkan/dikelola dari lingkungan. Dengan demikian diperlukan biaya yang tidak sedikit untuk mengelola sampah perkotaan.
ii. Sampah Sebagai Sumberdaya
Dilain pihak terdapat pengertian bahwa sampah merupakan potensi sumberdaya yang dapat dimanfaatkan sehingga mempunyai nilai tambah sebagai produk daur ulang maupun produk baru. Dengan demikian diharapkan dapat menghasilkan pendapatan.
Penerapan konsep zero waste dalam pengelolaan sampah dalam hal ini mengikuti pengertian pada butir kedua yaitu memanfaatkan sampah semaksimal mungkin dengan cara pengolahan yang terintegrasi, sedekat mungkin dari sumber sampah, dan dapat menghasilkan produk baru atau bahan daur ulang dan meningkatkan pendapatan masyarakat.
II. KOMPOSISI DAN KARAKTERISTIK SAMPAH
Komposisi dan karakteristik sampah merupakan hal yang terpenting dalam memilih teknologi pengolahan sampah. Komposisi sampah rata – rata di
Tabel 2.1. Komposisi dan karakteristik sampah rata - rata
No | Komponen | % | Kadar Air (%) | N. Kalor (kkal/kg) |
1 | Organik | 73.98 | 47.08 | 674.57 |
2 | Kertas | 10.18 | 4.97 | 235.55 |
3 | Kaca | 1.75 | | |
4 | Plastik | 7.86 | 2.28 | 555.46 |
5 | Logam | 2.04 | | |
6 | Kayu | 0.98 | 0.32 | 38.28 |
7 | Kain | 1.57 | 0.63 | 42.64 |
8 | Karet | 0.55 | 0.02 | 7.46 |
9 | Baterai | 0.29 | | |
10 | Lain – lain | 0.86 | | |
Total | | 100 | 55.3 | 1553.96 |
Sumber : Studi Komposisi Dan Karakteristik BPPT, 1994
Dari penelitian yang pernah dilakukan, komposisi sampah bervariasi antara 70 – 80 %, nilai kalor sampah bervariasi antara 1000 – 2000 kkal/kg dan kadar air bervariasi antara 50 – 70 %. Dari data tersebut maka komponen organik masih merupakan komponen terbesar dan menyebabkan sampah
III. PENERAPAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAN PEMANFAATANNYA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH.
Salah satu untuk mengurangi jumlah sampah di perkotaan dan menunjang penerapan zero waste adalah dengan melakukan pengolahan sampah. Saat ini pengurangan/reduksi sampah hanya dilakukan melalui kegiatan pemulungan sampah (daur ulang) yang secara sporadis telah dilakukan oleh sektor informal (pemulung). Pengomposan sampah baru dilakukan dalam tahap skala kecil melalui Unit Daur Ulang dan Produksi Kompos (UDPK) yang ada umumnya terletak di TPA, sehingga merupakan beban dan tugas yang harus dilakukan oleh Pemda untuk mengangkut sampah ke TPA.
Program daur ulang di
Dengan demikian penerapan teknologi pengolahan sampah sudah waktunya untuk dimulai, sehingga sampah sisa yang harus dibuang ke lahan pembuangan akhir hanya sedikit dan penggunaan lahan pembuangan akhir lebih lama, selain itu pencemaran lingkungan dapat ditekan.
A. Pengomposan Sampah
Pengomposan merupakan salah cara dalam mengolah bahan padatan organik untuk menjadi kompos yang secara nasional ketersediaan bahan organik dalam sampah
1. Pengomposan dengan cara aerobik,
2. Pengomposan dengan cara semi aerobik,
3. Pengomposan dengan reaktor cacing, dan
4. Pengomposan dengan menggunakan additive.
Kompos sebenarnya mempunyai nilai pasar, akan tetapi studi BPP Teknologi pada tahun 1990 menemukan bahwa hanya 4% dari pedagang tanaman hias yang menjual kompos karena kompos ini kurang populer pada masyarakat.
Kompos yang dihasilkan dari pengomposan sampah ini dapat digunakan untuk :
· Menguatkan struktur lahan kritis;
· Menggemburkan kembali tanah pertanian;
· Menggemburkan kembali lahan pertamanan;
· Sebagai bahan penutup sampah di TPA;
· Reklamasi pantai, pasca penambangan ;
· Sebagai media tanaman, mengurangi pupuk kimia.
B. Pembakaran Sampah
Teknologi pembakaran sampah dalam skala besar/skala
Keberhasilan penerapan teknologi pembakaran sampah sangat tergantung dari sifat fisik dan kimia sampah serta kemampuan dana maupun manajemen dari Pemerintah Daerah. Sifat fisik dan kimia sampah yang sesuai diolah dengan teknologi ini menurut instalasi-instalasi yang sudah beroperasi terdahulu adalah :
1. Nilai kalor sampah campuran antara 950 – 2.100 kkal/kg,
2. Kadar air antara 35 – 55 % dan
3. Kadar abu antara 10 – 30 %.
Pemanfaatan sisa abu hasil pembakaran ini dapat digunakan antara lain :
a. Sebagai pengganti tanah penutup lahan TPA, pasca penambangan.
b. Sebagai tanah
c. Sebagai campuran bahan konstruksi (batako, paving block, dsb).
d. Sebagai campuran kompos.
C. Daur Ulang Sampah
Kegiatan daur ulang sampah sudah dimulai sejak beberapa tahun terakhir ini yang dilakukan oleh sektor informal.
Tabel 3.1. Prosentase Pengambilan Sampah Oleh Pemulung
No. | Komponen Sampah | % |
1. | Kertas | 71,20 |
2. | Plastik | 67,05 |
3. | Logam | 96,09 |
4. | Gelas | 85,05 |
Beberapa pemanfaatan sampah kering yang dapat dihasilkan dari pengolahan sampah untuk daur ulang dan mempunyai nilai ekonomis antara lain :
1. Sampah Kertas
Jenis kertas bekas serta produk daur ulang yang dapat dihasilkan dari hasil pengolahan kertas dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
No. | Jenis Kertas Bekas | Sumber | Produk Recycling |
1. | Kertas komputer dan kertas tulis | Perkantoran, percetakan dan sekolah | Kertas komputer, kertas tulis dan art paper |
2. | Kantong kraft | Pabrik, pasar dan pertokoan | Kertas kraft dan art paper |
3. | Karton dan box | Pabrik, pertokoan dan pasar | Karton dan art paper |
4. | Koran, majalah dan buku | Perkantoran, pasar dan rumah tangga | Kertas koran dan art paper |
5. | Kertas bekas campuran | Rumah tangga, perkantoran, LPS/ TPA dan Pertokoan | Kertas tissue, kertas tulis kualitas rendah dan art paper |
6. | Kertas pembungkus makanan | Pertokoan, rumah tangga dan perkantoran | Tidak dapat di daur ulang |
7. | Kertas tissue | Rumah tangga, perkantoran, rumah makan dan pertokoan | Kertas tissue (tetapi sangat jarang yang dapat didaur ulang kembali) |
Sumber : Kajian Pengelolaan Kertas, Dep. PU, DTW, 1999
2. Sampah Plastik
Pada umumnya sampah plastik sebagian besar dapat diolah baik menjadi:
a. Produk baru ; alat rumah tangga seperti ember, bak tali plastik.
b. Digunakan kembali seperti pembungkus, pot tanaman, tempat bumbu.
c. Sebagai bahan industri daur ulang seperti pellet, biji plastik.
3. Logam
Logam yang dihasilkan dari sampah
a. Digunakan kembali seperti kaleng susu.
b. Dijadikan produk baru, seperti tutup botol kecap, mainan.
c. Sebagai bahan tambahan atau bahan
4. Bahan lain
Bahan lain seperti, gelas, karet mempunyai prosentase yang cukup kecil dalam komponen sampah kecuali pada kasus tertentu. Oleh karena itu dalam skala kecil tidak ekonomis untuk diolah.
Aplikasi teknologi pengolahan sampah, sedikitnya dapat memberikan solusi pada permasalahan kesulitan lahan untuk TPA. Akan tetapi, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dengan matang untuk menerapkan teknologi diatas. Teknologi yang saat ini digunakan untuk pengolahan sampah skala besar, baik itu pengomposan maupun pembakaran sampah, rata-rata menggunakan teknologi yang cukup canggih, melalui sistem mekanis/hidrolis yang bekerja semi atau bahkan otomatis penuh. Instalasi pengolahan tersebut biasanya memerlukan dana yang cukup besar untuk operasi maupun investasi dan sumber daya manusia yang mempunyai keahlian tertentu.
Beberapa pertimbangan tersebut antara lain :
· Dana yang cukup, baik untuk investasi maupun operasi instalasi pengolahan.
· Dana untuk pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia dari tingkat masyarakat sampai tingkat pengelolaan
· Kelembagaan yang sudah mapan termasuk didalamnya sumber daya manusia.
· Sarana dan prasarana yang memadai sebagai pendukung kelancaran operasi sistem pengelolaan sampah.
· Partisipasi masyarakat dalam sistem pengelolaan persampahan termasuk didalamnya kesediaan membayar iuran sampah, menjaga kebersihan lingkungan dan lain-lain.
· Perangkat hukum dan peraturan.
Secara umum penerapan teknologi pengolahan sampah perkotaan dan pemanfaatannya dapat dilihat gambar dibawah ini :
Gambar 3.1 Diagram Penerapan Teknologi Pengolahan Sampah Perkotaan dan Pemanfaatannya
IV. PENERAPAN ZERO WASTE DALAM INDUSTRI DAUR ULANG SAMPAH ( MODEL KAWASAN 2 – 4 TON/ HARI )
Sejalan dengan Kebijaksanaan dan Strategi Nasional Pembangunan Bidang Persampahan yaitu ditekankan perlunya melakukan proses pengurangan volume sampah dan penanganan sampah sedekat mungkin dengan sumbernya, maka konsep ini dilakukan dengan mendirikan industri kecil daur ulang sampah di daerah kawasan melalui pemberdayaan masyarakat sekitar untuk diajak berperan aktif dalam membentuk usaha daur ulang.
Pemberdayaan masyarakat dalam industri daur ulang sampah merupakan salah satu sistem pelayanan dari, oleh dan untuk masyarakat dengan menggunakan sistem pengolahan secara terpadu yaitu menerapkan beberapa jenis pengolahan secara simultan untuk menghasilkan produk maupun bahan daur ulang.
B. Teknologi Pengolahan Sampah
Sampah yang dihasilkan dari setiap sumber di kawasan tersebut diangkut menuju ke lokasi industri, selanjutnya dilakukan pemisahan sampah organik dan anorganik.
Proses pengolahan yang dilakukan adalah pengomposan (windrow/ vermi/additive), daur ulang kertas, plastik dan logam. Sisa bahan yang tidak dapat didaur ulang direduksi dengan instalasi pembakaran skala kecil. Sisa abu hasil pembakaran diproses sebagai bahan konstruksi maupun campuran kompos untuk menaikkan karbon pada produk tertentu.
Dibawah ini digambarkan material balance pengolahan sampah secara terpadu skala kawasan dengan kapasitas 2 ton (10 m3) sampah perhari dalam industri kecil daur ulang sampah
Gambar.4.1. Diagram sistem pengelolaan sampah
skala pelayanan 1000 KK (2 ton/hari)
C. Produk yang dihasilkan
Produk yang dihasilkan industri kecil daur ulang sampah skala kawasan dengan kapasitas 10 m3 sampah adalah :
1. Kompos/Vermi Compost 0,4 ton/hari atau 12 ton/bln.
2. Bahan daur ulang 0,28 ton/hari atau 84 ton/bln yang terdiri dari kertas karton, biji plastik dan logam.
3. Cacing tanah sebagai reaktor sampah.
C. Kemana Produk Akan Diserap
Untuk menampung dan memasarkan produk daur ulang dan cacing tanah dari industri kecil tersebut antara lain :
1. Industri dapat memasarkan sendiri produknya.
2. Terdapatnya lembaga penyangga produk daur ulang yang bertugas untuk mengembangkan dan mengatur, menampung dan menyalurkan hasil produk daur ulang dengan menyusun jaringan pemasaran nasional dan internasional. Lembaga penyangga dalam hal ini dapat berbentuk koperasi atau forum komunikasi yang dapat mengakomodasi antara produk dan permintaan pasar, serta salah satu pemberi masukan ke Pemerintah guna menunjang keberhasilan dalam bidang kebersihan lingkungan, dan pemberdayaan masyarakat kecil menengah dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat.
D. Lokasi Industri Kecil Daur Ulang Sampah
Wilayah kegiatan penerapan zero waste dapat dilakukan di setiap kawasan pelayanan sampah seperti permukiman, komersial, industri, perkantoran dan pasar.
Besar kecilnya kapasitas produksi industri kecil daur ulang sampah tergantung pada luas lahan dan kondisi setempat yang terdapat di kawasan tersebut. Pada umumnya untuk satu depo sampah yang telah disediakan oleh Pemda adalah 250 – 500 m2 untuk melayani 5000 – 8000 jiwa (1000 KK) dengan kapasitas sampah masuk adalah 10 – 20 m3 perhari.
Industri kecil daur ulang sampah daerah kawasan ini akan melakukan pengolahan sampah dengan kapasitas tampung minimal 10 m3/hari dengan kebutuhan lahan minimal 400 m2 per modul.
E. Organisasi
Organisasi pengelola industri kecil ini terdiri dari Pemda, masyarakat dan pemulung yang berada di depo tersebut.
Dalam satu industri daur ulang terdiri dari :
· 1 orang kepala unit
· 4 orang bidang teknik
· 1 orang administrasi dan keuangan
· 4 orang tenaga lepas/pemulung (disesuaikan)
F. Pendanaan
Untuk menjalankan industri kecil daur ulang sampah ini dana yang didapat meliputi :
1. Dana investasi awal berasal antara lain Pemda, swasta, koperasi maupun dari sumber lain.
2. Dana untuk menjalankan industri daur ulang yang secara bergulir dapat dikembangkan dapat berasal dari iuran kebersihan warga yang telah berjalan, sebagian dana penghematan operasional Pemda, hasil penjualan produk daur ulang bahan anorganik, kompos/kacing (vermicompost) dan cacing.
Beberapa keuntungan dan kendala dalam penerapan industri kecil dalam pengolahan sampah terpadu model kawasan antara lain :
Keuntungan :
1. Mengatasi permasalahan lingkungan yang diakibatkan oleh sampah
2. Mengurangi beban Pemda dalam penanganan sampah
3. Melakukan pengolahan sampah
4. Mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke TPA.
5. Menciptakan usaha pengolahan sampah dalam suatu industri kecil daur ulang dan kompos.
Kendala yang dihadapi :
1. Kurang populernya kompos di masyarakat menyebabkan kompos sebagai produk utama merupakan faktor yang perlu diperhitungkan dalam tujuan komersial.
2. Telah terdapatnya mata rantai penjualan bahan daur ulang anorganik hasil pemulung.
V. KESIMPULAN
Dari uraian singkat diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Masalah pembuangan sampah sudah merupakan masalah yang cukup pelik bagi Pemerintah Daerah, terutama dalam penyediaan lahan untuk Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
2. Aplikasi beberapa jenis teknologi pengolahan sampah secara terpadu seperti pengomposan dan pembakaran dapat mengurangi kebutuhan lahan TPA dan efisiensi pengangkutan sampah.
3. Penerapan industri kecil daur ulang merupakan salah satu alternatif penciptaan produk dari sampah perkotaan yang dapat dikembangkan menjadi usaha komersial yang dapat dilakukan oleh masyarakat maupun swasta dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat.
4. Dengan belum populernya kompos pada masyarakat, sistem pengolahan terpadu dapat menjembatani dengan mendistribusikan sebagian kompos kemasyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar