Sabtu, 15 Maret 2008

Selamatkan lingkungan anda dari sampah

Written by Irfan Arief
Wednesday, 23 May 2007
 Selain populasi penduduk yang terus meningkat tahun demi tahun, gaya hidup masyarakat juga mendukung pertumbuhan sampah. Jika budaya ‘membuang sampah pada tempatnya’ belum dimiliki masyarakat, bisa dibayangkan bagaimana keadaan lingkungan tempat mereka tinggal.

Sebut saja kota Jakarta. Berdasarkan data Bapelda tahun 2000, pada tahun 1985, ibukota negara ini menghasilkan sampah sebesar 18.500 m3 tiap harinya. Populasi yang terus bertambah berbanding lurus dengan peningkatan jumlah sampah. Maka, tahun 2000 sampah di Jakartapun meningkat menjadi 25.700 m3 per hari. Dalam setahun, jika diperhitungkan, volume sampah tahun 2000 mencapai 170 kali besar Candi Borobudur (55.000 m3). Belum lagi jumlah sampah dari kota besar lain seperti Medan dan Bandung. Jika tidak ditangani dengan baik, bukan tak mungkin Indonesia menjadi negeri sejuta sampah.
Sebagian besar sampah yang dihasilkan di Indonesia adalah sampah basah, sekitar 60%-70% dari total volume sampah. Sampah basah disebut juga sebagai sampah organik yang bisa terdegradasi secara alami. Sebaliknya, sampah kering atau anorganik tidak bisa mengalami proses degradasi alami. Jenis sampah ini harus benar-benar dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan polusi lingkungan. Daur ulang, salah satu cara menangani sampah anorganik.

Pengelola Sampah
Pengelola sampah harus dibarengi dengan pengelolaan gaya hidup masyarakat. Jika masyarakat masih tak peduli dengan kebersihan lingkungannya, pengelolaan sampah belum bisa berjalan. Sampah bisa dikelola dengan cara penumpukan, pengoplosan, pembakaran, sanitary landfill, dan daur ulang.

Metode penumpukan bersifat murah dan sederhana. Namun, dapat menimbulkan masalah lingkungan lain seperti pencemaran dan terjangkitnya penyakit. Karena metode ini tidak memusnahkan sampah secara langsung. Melainkan membiarkannya terdegradasi secara alami. Pengkomposan juga melalui proses sederhana, tapi cara ini dapat menghasilkan pupuk yang bernilai ekonomi.

Untuk melakukan pembakaran, sampah benar-benar yang bisa terbakar habis. Akan tetapi, metode ini juga menimbulkan dampak lingkungannya, harus memilih tempat jauh dari pemukiman. Sedangkan sanitary landfill hampir sama dengan penumpukkan. Hanya saja tanah berlubang yang sudah penuh sampah ditutup kembali. Metode ini selain membutuhkan areal cukup luas juga menimbulkan masalah lingkungan lain.

Cara terakhir, yaitu daur ulang biasa dilakukan terhadap sampah anorganik. Daur ulang terdiri dari kegiatan memilah, mengumpulkan, memproses sampah, distribusi, dan pembuatan produk bekas pakai. Hambatan terbesar adalah tak semua produk dirancang untuk bisa didaur ulang jika sudah tak terpakai.

Pengelolaan sampah ini bisa dilakukan dari lingkungan terkecil, yaitu rumah tangga. Sebaiknya, tiap rumah tangga memilah terlebih dulu sampah-sampah yang akan dibuang. Dipisahkan antara sampah organik dan anorganik sehingga tiap jenis bisa dikelola secara optimal. Sampah organik dapat mengkontaminasi dan mengurangi nilai dari material yang mungkin bisa didaur ulang.

Pengelolaan sampah memang harus ’dibungkus’ dalam satu program yang benar-benar matang. Program tersebut harus disesuaikan dengan kondisi fisik, ekonomi, budaya, dan hukum. Hingga tiap kota maupun negara akan memiliki pola program yang berbeda-beda. Seperti Zabbaleen di Kairo, Mesir, telah membuat sistem pengumpulan dan daur ulang sampah. Sistem tersebut mampu memanfaatkan 85% sampah yang terkumpul dengan mempekerjakan 40 ribu orang.

Mengelola sampah dengan baik, berarti kita telah melakukan kegiatan positif lainnya. Dibalik sampah yang kotor dan bau, tersimpan beragam manfaat jika bisa dikelola dengan tepat dan benar. Misalnya saja, membantu dalam penghematan sumber daya alam, penghematan energi, menghemat lahan Tempat Pembuangan Sampah (TPA), dan tentunya membuat lingkungan bersih, sehat, serta nyaman.

Menciptakan lingkungan bersih dan sehat, bisa dimulai dari diri kita sendiri. Budaya’membuang sampah pada tempatnya’ harus ditanamkan sejak awal. Tak bisa karena tak biasa. Maka, biasakanlah untuk tertib membuang sampah. Di samping itu, cobalah untuk memulai prinsip-prinsip berikut ini dalam kehidupan sehari-hari.

  • Reduce (mengurangi). Kurangi konsumsi material yang menimbulkan sampah. Hindari pula membeli barang dengan kemasan styrofoam.
  • Reuse (memakai kembali). Usahakan untuk mengkonsumsi barang yang bisa dipakai dalam jangka panjang. Hindari pemakaian barang sekali pakai (disposable).
  • Recycle (mendaur ulang). Pilah sampah rumah tangga Anda. Sisihkan sampah yang masih bisa didaur ulang sehingga dapat dimanfaatkan lagi.
  • Replace (mengganti). Mulailah biasakan diri Anda untuk memakai barang-barang yang ramah lingkungan. Teliti sebelum menggunakan barang. (Ota - BIDI, Agustus 2006, hal 20-21)

Tidak ada komentar: