Rabu, 12 Maret 2008

TEKNOLOGI SEDERHANA UBAH SAMPAH JADI BERMANFAAT

Sampah tidak selamanya jadi masalah. Sebab jika ditangani dengan baik, limbah buangan ini bisa bermanfaat. Bahkan, dengan teknologi yang sederhana sekalipun, sampah bisa dijadikan sebagai sumber penghasilan tambahan. Setidaknya pesan itulah yang disampaikan oleh para pembicara dalam seminar bertema Memasyarakatkan Teknologi Daur Ulang Sampah Skala Rumah Tangga yang diselenggarakan Dharma Wanita di Kementerian Negara Riset dan Teknologi (Ristek) dan tujuh lembaga pemerintah non departemen (LPND) di bawahnya di Jakarta, Kamis (01/9). Hadir sebagai pembicara dalam seminar itu adalah Direktur Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan (P3TL) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Tusy A Adibroto, pakar pengolahan limbah sampah Harini Bambang Wahono dan aktivis Gerakan Peduli Lingkungan (GPL) Pekayon, Bekasi, Lala Ghazali. Dalam sambutannya, istri Menteri Negara Riset dan Teknologi (Ristek) Sri Kusmayanto Kadiman mengatakan, saat ini penanganan sampah tidak bisa diserahkan sepenuhnya pada pemerintah dan kemampuan teknologi. Karena itu masyarakat harus membangun budaya mendaur ulang sendiri sampah-sampahnya yang ada di rumah tangga. Melalui upaya ini, beban pengolahan sampah, mulai dari tempat penampungan sementara hingga penampungan akhir bisa dikurangi. "Apalagi, pengolahan sampah juga dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi sederhana, tapi tetap berdampak positif, baik bagi kesehatan maupun untuk meningkatkan ekonomi keluarga," ucap dia. Sementara itu Harini mengutarakan, mengolah sampah butuh tiga prinsip utama, yaitu mengurangi (reduce), memakai kembali (reuse) dan mendaur ulang (recycle).
Mengurangi, artinya masyarakat (terutama ibu-ibu) harus mulai membiasakan diri untuk mengurangi pemakaian kantong plastik saat berbelanja di pasar atau tempat lain. Memakai kembali adalah tidak membuang kantong plastik atau botol-botol air mineral dan lainnya yang termasuk sampah anorganik (tidak mudah terurai), tapi memanfaatkannya kembali.
"Karena dari sampah yang terdapat di perkotaan, hampir 30%nya adalah sampah anorganik. Sehingga jika ibu-ibu dengan penuh kesadaran untuk tetap menggunakan kembali kantong-kantong plastik atau botol-botol itu, saya yakin limbah sampai akan terkurangi," imbuh dia. Ini artinya, mengurangi jumlah limbah anorganik tidak membutuhkan teknologi apapun. Cukup dengan kesadaran untuk selalu membawa kantong plastik yang dimilikinya saat berbelanja ke pasar atau tempat lain. Sementara itu botol-botol air mineral atau lainnya, dapat dimanfaatkan menjadi pot bunga atau tanaman lain. Sementara itu salah satu cara mengolah kembali adalah memanfaatkan sampah organik menjadi pupuk kompos, sedang yang non-organik dapat dimanfaatkan dan diolah menjadi aneka kerajinan tangan. Untuk membuat
kompos dari sayur atau makanan lain tidak membutuhkan teknologi tinggi. Pasalnya, sampah cukup dipendam di tanah dan dilapisi pupuk kandang. Dalam waktu 1,5 bulan kompos sudah jadi. Bahkan untuk mengolah sampah berupa rumput atau daun-daunan menjadi kompos cukup dilakukan dengan memasukannya dalam karung. Selanjutnya karung ditutup
rapat dan perciki dengan air. Untuk menjaga kelembabannya perlu diberi beberapa lubang pada bagian dasar karung.
Sampah Adalah Sumber Daya Sementara itu, Tusy Adibroto mengatakan, dalam rangka memanfaatkan sampah sebagai sumber daya, masyarakat harus lebih dulu bersikap perduli terhadap sampah di rumah masing-masing. Perduli
dalam pengertian Tusy adalah berupaya untuk mengurangi, memakai ulang dan mendaur ulang sampah. Untuk mengurangi sampah, menurut dia, sebelum belanja, ibu-ibu harus mulai berpikir apakah produk yang akan dibeli benarbenar dibutuhkan, mencari produk yang material pembungkusnya sederhana dan membeli yang wadahnya bisa diisi
ulang. Ibu-ibu juga harus menghindari pembelian barang yang sifatnya sekali pakai dan usahakan untuk selalu membawa tas belanja sendiri. Lebih lanjut dia mengatakan, pada dasarnya manfaat pengolahan sampah di rumah dapat dilihat dari berbagai aspek. Secara umum, pengolahan sampah tersebut dapat mereduksi jumlah sampah, mengurangi biaya transportasi, memperpanjang umur tempat pembuangan akhir (TPA), mencegah pencemaran leachate dan
mencegah produksi gas rumah kaca. Secara ekonomis, manfaat pengolahan sampah dapat memberikan penghasilan tambahan dari penjualan produk daur ulang dan kompos. Dan yang tak kalah pentingnya adalah mampu membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat, terutama jika skala pengolahan sampah tersebut sudah lebih besar. Atau minimal, dengan kompos buatan sendiri, kita dapat merasakan dan menikmati lingkungan yang hijau dan asri, baik di rumah maupun di lingkungan sekitar tempat tinggal.
Sumber : Investor Daily (5/9/05)

Tidak ada komentar: